Senin, 21 Maret 2016

ESKATOLOGI DALAM PERJANJIAN LAMA


I.          Pendahuluan
            Aspek esensial doktrin eskatolog ialah fakta futuristik, yaitu pengungkapan sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang melalui nubuat pada masa yang lampau. Sebab itu nubuat Alkitab menjadi fokus dominan dalam penyelidikan dan pembahasan doktrin eskatologi.
            Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu. Tuhan adalah Raja, raja yang besar mengatasi segala allah (Mzm 93:1; 95:3) adalah konsep dasar seluruh agama perjanjian lama (keluaran 15:18; Yes 43:15). Tetapi pemerintahan Allah ditentang dan dilawan. Iblis mengajak manusia untuk memberontak terhadap Allah (kej 3), bangsa-bangsa memuja berhala dan melakukan kejahatan (2 Raja 17:29) dan Israel sendiri mengalami kemunduran rohani dan mereka  dikalahkan oleh musuh-musuhnya. [1]
            Dari pertentangan-pertentangan ini timbullah keyakinan bahwa Allah pasti akan mempertahankan kuasaNya sebagai raja (Yes 2:1-5; Zef 3:15; Za 14:9-10) pada hari Tuhan yang akan datang (Mal 4:1-2). Hari itu dihubungkan dengan Mesias (Yes 4:2; 9:6-7; 11:1-2) Ia merupakan pemimpin yang besar seperti daud ( I Tawarik 17:11-14; Maz 72) dan melalui dia hari Tuhan akan datang dengan membawa penghukuman bagi bangsa-bangsa serta pembebasan bagi Israel (Mal 3:1).[2]

II.        Eskatologi Dalam Perjanjian Lama
            Perkataan atau istilah Eskatologi tidak ada disebutkan dan ditemukan dalam dalam dunia Perjanjian Lama. Tetapi hakekat tentang eskatologi memang sudah ada, yang dikenal dengan istilah Hari Tuhan ( יהוה יום ). Istilah יום diartikan dengan waktu yang sangat lama sekali, suatu musim tertentu dimana peristiwa luar biasa terjadi, seperti kemakmuran, kejayaan, dan bahkan suatu peristiwa yang merugikan yang mendatangkan bencana. Jadi dapat dikatakan bahwa Hari Tuhan bisa merupakan suatu hukuman dan rahmat/kesenangan.[3] Zaman Perjanjian Lama kepercayaan yang berkembang dan populer bagi Israel adalah tentang datangnya suatu hari ketika Allah secara dramatis campur tangan melepaskan umat-Nya dan berbagai ketakutan dan penindasan. Biasanya untuk memperingati peristiwa tersebut diadakan perayaan tahunan dengan mengadakan upacara korban, dengan harapan akan menjadi kemakmuran dan kemenangan Israel atas musuh. Dalam pertengahan abad ke-8 sM menyerukan bahwa kemakmuran yang diperoleh Israel adalah dengan pemerasan dan pelaksanaan agama palsu, dan ketikan hari tiba maka akan nyata dan itulah hari penghakiman (bnd. Am. 5:18-27).
            Menurut A. Lamorte dan G. F. Hawthorne ”Prophecy” dalam dictionary of teology bahwa nubuat dalam Perjanjian Lama dibagi dalam dibagi  tiga kategori penting. Pertama, nubuat tentang pembuangan bangsa Israel sebagai hukuman Allah terhadap dosa bangsa pilihan itu, namun Allah berjanji untuk memulihkan atau memulangkan bangsa tersebut setelah selesai periode pembuangan. Kedua, nubuat mesianik meliputi kedatangan seorang penebus Israel dan dunia (Yes 52:13-53:12; Mi 5:1-2). Ketiga, Nubuat eskatologis, yakni menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di akhir zaman ketika Mesias datang kembali untuk mendirikan Kerajaan allah dibumi.
            Selanjutnya, nubuat dalam Perjanjian Lama dapat dibagi yaitu pertama, yang sudah di genapi meliputi pembuangan Israel ke Asyur 722 SM dan ke Babel 586 SM serta pemulangan kembali bangsa Israel ke tanah perjanjian. kedua, nubuat dalam proses penggenapan  yakni menyangkut restorasi negara israel modern menurut para nabi (9Yes 27:12-13; Yer 31:31; Yeh 37:21). Ketiga nubuat yang belum digenapi yaitu pemulihan secara total tanah palestina bagi bangsa Israel (Yes 27:12-13; Yer 31:1-5; Yeh 37:11-14, penghancuran musuh-musuh Israel, (Yes 17:1-3, Yer 30:11), pertobatan kolektif bangsa Israel Yeh 37:6,10).
            Perebutan Yerusalem (586 sM) dan pembuangan Israel Utara dipandang sebagai penggenapan nubuat Amos. Walau demikian, dibalik penghakiman yang diterima suatu hari, yakni pemulihan Israel dan pemerintahan YHWH akan dipulihkan/ditegakkan atas seluruh bumi (Yes. 40).[4]  Soedarmo[5] mengatakan יהוה יום  berisikan beberapa nubuat, yakni:
(1)   Hari Tuhan yang mendatangkan penghukuman.
(2)   Bangsa Israel bertobat dan Tuhan akan mengembalikan dari pembuangan.
(3)   Yerusalem akan dipulihkan dan Bait Allah akan dibangun kembali.
(4)   Sang Mesias akan datang dari keturuan Daud dan akan memegang pemerintahan yang kuat.
(5)   Akhir zaman akan datang kemudian.
            Sama seperti Amos, Yeremia (650 sM) menubuatkan bahwa kedatangan Hari Tuhan itu ditandai dengan masa-masa kehancuran Yehuda/Yerusalem, yakni: masa pemerintahan Raja Yosia (621 sM), masa pemerintahan Raja Yoyakim (608-597 sM dan 598 sM), masa pemerintahan Raja Zedekia (597 sM-kematiannya). Walaupun Hari Tuhan datang sebabai hukuman, namun Yeremia tetap yakin bahwa Allah tidak akan meninggalkan Israel. Ia tetap memberikan semangat bahwa akan ada keselamatan yang sesuai dengan recana Allah. Pengharapan itu berdasarkan pada kebaikan, kesetiaan dan keadilan Allah. Bukan rencana Allah namun rencana Allah akan membawa dalam terang. Nubuat-nubuat yang disampaikan Yeremia mengandung empat komponen, yaitu:
(a)          Dasar dari harapan adalah keyakinan atas kesetiaan dari kasih Allah (Yer. 29:5-9, 11).
(b)           Keselamatan eskatologis itu berlaku bagi para buangan; jadi sisa bangsa Yehuda dipelihara Allah (Yer. 24:5-7, bnd. Yer. 3:11-13),
(c)          Kota suci yang hancur akan dibangun kembali (Yer. 33:4-9),
(d)         Datangnya keselamatan dari Tunas Daud (Yer. 23:5ff; 30:9, 21; 33:14-18),
(e)          Janji perjanjian baru yang akan diikat YHWH dengan bangsa Israel (Yer. 31:31-34; 32:37-41).[6]
            Sehubungan dengan akan adanya harapan di dalam tunas Daud, Yeremia mengkategorikan sebagai berikut:
(a) Ia akan memerintah sebagai raja.
(b) Ia akan berlaku bijaksana; bahwa raja yang akan datang adalah raja yang takut akan Allah, yang berbeda dengan raja-raja masa itu (Yer. 10:21).
(c) Dia disebut sebagai keadilan yang memenuhi tugas sesuai dengan perintah ilahi.
(d) Ia akan melaksanakan teori dan praktik hukum serta keadilan di atas bumi.[7]
            Para nabi menatap ke depan, kepada saatnya Allah Israel yang berulang-ulang memperdulikan umat-Nya dalam sejarah mereka. Akan mengindahkan mereka untuk menghukum orang fasik, melapaskan orang-orang benar dan untuk menyucikan bumi dari seluruh kejahatan. Hari Tuhan dengan ungkapan lain ”pada hari itu” mengartikan kepedulian Allah, dan lebih menekankan sifat kejadian itu daripada waktunya. Justru hari Tuhan berarti kepeduluan Allah yang sudah terjadi dalam sejarah (Amsal 5:18; Yoel 1:15) maupun kepedulian terakhir pada akhir zaman (yoel 3:14, 18; Zef 3:11, 16; Za 14:9). Pada hari yang terakhir Allah akan datang untuk mendirikan kerajaanNya. (Yesaya 2:2-4, Hosea 3:15).
            Beberapa pribadi bersifat mesianis tampil dalam rangka pengharapan akan perjanjian lama seorang raja dari keturunan Daud (Yes 9:6-7), seorang hamba yang menderita (Yes 53), yang turun dari sorga (Dan 7:13-14) akan tetapi sering kali bahwa yang disangka datang itu adalah Allah sendiri untuk membebaskan umatNya (Yes 26:21; Mal 3:1-2).[8]
            Menurut Mowinckel dalam buku Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama ia mengatakan Asal-usul gagasan adanya mesias dapat ditelusuri dengan gagasan raja yang ilahi. Pengharapan mesias itu timbul karena pengalihan gambaran raja keturunan Daud yang ideal pada masa raja-raja masa yang akan mendatang. Para nabi makin jelas sslangsung. Didalam beberapa bagian Perjanjian Lama sering disebutkan bahwa dinasti Daud akan abadi, tanpa menyebut nama seorang putra Daud ( 2 Sam 7:12-17; Yer 33:17; Maz 88:4, 29; Maz 18:5).[9]

III.             Analisa
Eskatologi dalam arti teologis adalah secara konkret berbicara mengenai pengharapan orang beriman akan kedatangan Allah. Orang beriman berharap kepada Tuhan (Mzm 31:25; lih 33:22; 38:16; 39:8; 42:6,12; 43:5; 130:7; 131:3). Berpuluh-puluh kali dikatakan bahwa Israel berharap kepada Tuhan. Tuhanlah “pengharapan Israel” (Yer 14:8, lih ay.22; 17:13). Bersama pemazmur, orang Israel yang saleh itu berdoa; “Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah” (Mzm 71:5). Dari kutipan tersebut tampak bahwa pengharapan itu sekaligus ungkapan iman yang kuat, sebagaimana juga tampak dalam kitab Yesaya ini: “Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab Tuhan Allah itu kekuatanku, Ia telah menjadi keselamatanku” (Yes 12:2). Selain unsur kepercayaan ada juga unsur eskatologis sebab pengharapan itu “harapan untuk hari depan: (Yer 31:13; bdk Hos 12:7). Allah bukan hanya tujuan harapan, tetapi juga sumbernya: “hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Mzm 62:6; lih Yer 29:11). Pengharapan ini memberikan perdamaian dan kepastian: “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut” (Mzm 46:2-3). “orang benar merasa aman seperti singa muda” (Ams 28:1).[10]
Kepastian pengharapan ini lain daripada kepastian perencanaan: :Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya”(Ams 16:9). Kepastian yang mencirikan pengharapan itu selalu berarti kepercayaan: meletakkan nasib dalam tangan Tuhan. “Mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setiaNya” (Mzm 33:18; lih 40:4; Ams 14:26; 23:17-18). Dengan bertobat dan tinggal diam, kamu akan diselamatkan; dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” (Yes 30:15). Termasuk hakikat pengharapan bahwa apa yang diharapkan itu belum dilihat. Oleh karena itu, harapan Yahudi yang sejati terungkap dalam pengakuan ini: “Aku hendak menantikan Tuhan yang menyembunyikan wajahNya terhadap kaum keturunan Yakub; aku hendak mengharapkan Dia (Yes 8:17).
Dasar pengharapan adalah kesetiaan Tuhan akan janji-janjiNya, yang terbukti dalam masa yang lampau (Mzm 105-107). Maka itu, sang nabi dapat berkata dengan mantap: “Aku ini akan menunggu-menunggu Tuhan, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku” (Mikha 7:7; lih Mzm 42:6). Pihak yang kepadanya janji itu diberi adalah bukan pertama-tama orang perorangan melainkan dalam rangka perjanjian: segenap umat, berhubung dengan nubuat kenabian; sisa yang suci, dan baru dalam amanat apokaliptik, orang individual yang setia. Sepadan dengan itu horizon horizon janji menjadi semakin luas, sampai akhirnya mencakup seluruh kosmos dan segala bangsa. Pengharapan menjadi jembatan antara Perjajian pertama dan kedua karena dari dirinya sendiri tidak membakukan cara penampakan Allah, tetapi tinggal terbuka bagi menifestasi yang baru dan mengejutkan mengenai kasihNya yang kudus.

IV.             Kesimpulan
  1. Nubuat tentang pembuangan bangsa Israel sebagai hukuman Allah terhadap dosa bangsa pilihan itu, namun Allah berjanji untuk memulihkan atau memulangkan bangsa tersebut setelah selesai periode pembuangan.
  2. Nubuat mesianik meliputi kedatangan seorang penebus bagi  Israel dan dunia (Yes 52:13-53:12; Mi 5:1-2).
  3. Nubuat eskatologis, yakni menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di akhir zaman ketika Mesias datang kembali untuk mendirikan Kerajaan Allah di bumi







KEPUSTAKAAN

Dister Syukur, Nico   Teologi Sistematika, (Yogyakarta: Pustaka Teologi & Kanisius).
         2004

Milne, Bruce,     Mengenali Kebenaran (Terjemahan Connie Item-Corputty),
         2003                    (Jakarta : BPK-GM).

Siahaan, SM,       Pengharapan Mesianis Dalam Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM)
        2008

Soedarmo, R,                   Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta:BPK-GM)           
        2006

Browning, WRF,               Kamus Alkitab, (Jakarta : BPK-GM)
       2007

James Orr (Peny.)     The International Standard Bible Encyclopaedia vol. II, (Grands
      1980                   Rapid-Michigan :WMB. Eerdmans Publishing, Co. Ltd.)
 
                        (Peny.)  Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi
      2003                        Bina Kasih)



[1]  Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Terjemahan Connie Item-Corputty), (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2003), hlm. 345
[2] Ibid. hlm 346
[3] William Wilson, Old Testament Word Studies; The International Standard Bible Encyclopaedia vol. II ,(Peny. James Orr)  (Grand Rapids-Michigan: MWB. Eerdmans Publishing Co. Ltd.,  1980), hlm. 977
[4] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (terj.) , (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2007), 132-133
[5] R. Soedarmo, Ikthisar Dogmatika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hal. 254
[6] S.M. Siahaan, Pengharapan Mesias Dalam Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008. 27-30
[7] Ibid, hlm. 35
R. J. Bauckham, Hari Tuhan (Artikel); Dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Peny.                                                                                             (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003), hlm. 286
[9] S M. Siahaan, Op Cit, hlm. 24
[10] Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika, (Yogyakarta :Pustaka Teologi & Kansius, 2004), hlm. 506

1 komentar:

  1. mang tlg kirim ke saya paham theologia kita, kita penganut pre, am or post mill ???
    tentang kerajaan allah,
    Pengharapan mesianik,
    imortalitas jiwa & kebangkitan (Versi kristen yg benar)
    email saya swardy_friedrich@yahoo.co.id

    terima kasih amang...

    swardy silalahi
    jemaat HKBP pontianak kotabaru, GSM

    BalasHapus